Diriku yang Sebenarnya
Hai..salam kenal dari diriku WREP
Entah
kenapa malam mini saya menjadi begitu sensitif. Saya dengan kesadaran penuh
berefleksi tentang diri saya di masa lampau, mengingat kembali masa-masa dulu.
Masa dimana anak manusia masih berada dalam kandungan seorang wanita mulia yang
kita panggil ibu. Karena izin Allah melaluinyalah kemudian kita dilahirkan di
muka bumi ini. Yah, saat tangisan saya mengawali perjalanan hidup saya kini.
Dan tangisan itu dimulai pada 02 Aguustus 1995.
20
tahun silam anak perempuan kecil menggenapkan warna senja dari dua orang anak
manusia siapa lagi kalau bukan bapak dan mamahku hehe. Iyah aku Wahyu Riska
Elsa Pratiwi yang kerap dipanggil Yuyu lahir pada 02 Agustus 1995 silam.
Setelah menunggu belasan tahun akhirnya anak yang disinyalir sebagai anak emas
ini lahir hehe. Dan memang aku adalah anak pertama dan terakhir untuk
orangtuaku. Aku lahir di singkawang, sbeuah kota kecil di Kalimantan Barat.
Bapakku ditugaskan disana selama beberapa tahun hingga kemudian kami pindah ke
Pontianak, kota yang jaraknya dua jam dari kota kelahiranku. Usiaku pada waktu
itu sekitar 4 tahun. Masa kanak-kanak awal, hingga remaja awal aku habiskan di
Kota Pontianak dengan sangat bahagia. Alhamdulillah aku tumbuh dan berkembang
dibawah asuhan orangtua yang sangat perhatian. Bukan hanya karena aku anak
tunggal, tapi karena mama memegang jabatan sebagai ibu rumah tangga yang
kewajibannya tentu menjaga dan merawat suami dan anaknya sehingga seluruh
perhatian tercurah apdakau setiap saat setiap waktu. Sementara Bapak walaupun
sibuk tapi sangat memmerhatikan dan mengasihi anak kesayangannya ini hehe.
Sejak
kecil aku terkenal sebagai anak yang berani. Tidak takut darah, ketinggian,
gelap dan orang baru serta hal-hal sejenis lainnya yang sering ditakuti oleh
anak-anak kecil perempuan pada umumnya. Bahkan aku anak yang tidak rewel,
jarang menangis. Justru aku yang sering membuat anak-anak lain menangis. Iya
aku memang terkenal nakal sejak kecil. Sampai-sampai beberapa orang tua murid
lain pernah menegur mamaku karena aku mengambil mainan anaknya sheingga anaknya
menangis, tapi itu tidak berlangsung lama kok hanya saat aku usia 4-6 Tahun.
Aku mengetahui cerita ini dari mamaku, ia sambil tertawa saat menceritakannya.
Saat TK katanya aku lumayan nakal untuk ukuran anak perempuan. Kemudian
beranjak SD aku sudah mampu mengetahui mana perbuatan yang baik dan buruk dalam
berinteraksi dengan anak-anak lain. Kemampuan calistung sejak TK besar
Alhamdulillah bisa kukuasai dengan baik sehingga saat SD tinggal
menyempurnakannya dan terus belajar hal-hal baru lainnya.
Aku
tumbuh dan besar di iklim keluarga yang hangat namun tegas. Orang tuaku muslim
yang taat walaupun mereka tidak berasal dari keluarga Kyai pun tidak pernah
menimba ilmu di pondok pesantren sejak kecil mereka memperoleh pendidikan yang
dari orang tua mereka, kakek dan nenekku, dari pendidikan agama di skeolah
formal SLTP dan SLTA. Walaunpun begitu sebagai anak mereka aku sudah diajarkan
mengaji kitab iqra sejak SD oleh mama. Aku bahkan disekolahkan di SD Islam
Swasta yaitu SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak. Mengingat masa-masa kanak-kanak
dulu rasanya aku rindu. Aku memiliki banyak moment-moment luar biasa disana.
Aku
sedari SD memang menyukai olahraga karena aku orang yang aktif bergerak.
Belakangan aku tau bahwasannya aku memiliki kecerdasan kinestetik yang sangat
bisa dikembangkan secara kreatif dan konsisten untuk menjadi atlet. Tapi
terlambat untuk itu hehe aku hanya bermain hingga masa SMA. Di kuliah aku sudah
jarang aktif berolahrga untuk sebuah kompetisi karena kesibukan akademis di
fakultasku. Aku menjadikan olahraga kini hanya sebagai hobi untuk kesehatan
saja. Padahal aku mewarisi bakat tenis meja bapak yang dulu bekerja di bagian
kesehatan kantor BKKBN (keluarga berencana) Pontianak, Kalimantan Barat kini
beliau sudah pension.
Masih
segar dalam ingatan saat bel tanda pelajaran usai dan teman-temanku bersiap
untuk pulang, aku justru langsung menuju ke tempat latihan tenis meja dekat
lab. Komputer untuk berlatih bersama Pak Mustadzah guru olahragaku yang
mendukungku dalam mengembangkan bakatku di Olahraga. Selain tenis meja, aku
juga aktif di berbagai kegiatan ekskul seperti Pramuka, PB BPC (Persatuan
Bulutangkis BPC), dan klub Bahasa inggris. Bagiku ini semua menyenangkan maklum
aku anak yang lumayan aktif. Berprestasi di kelas saja bagiku tidak cukup, aku
harus menimba pengalaman dan belajar banyak hal baru selain di dalam kelas.
Mengenai orang-orang yang mewarnai hariku, hingga kini aku masih emrindukannya
walau sudah lebih 5 tahun kami tidak bertemu, mereka sahabat-sahabatku di SD.
Geng yang terdiri dari 8 orang cewek. Rasanya lucu mengingat saat-saat itu.
Kenakalan kami. Karena SD kami ialah SD Islam maka setiap dhuhur wajib shalat
jamaah bersama nah bukannya wiridan atau dengar ceramah di masjid eeh kami
justru malah asik menikmati manisan segar buah jambu, mangga dan kedondong
dengan bumbu cabenya yang enak bener sampai akhirnya kepergok guru piket yaitu
Pak Umar beberapa kali malah teguran demi teguran kami dapatkan untung gak
sampai disuruh bersihin masjid wkwkwk cuman dimarahin dan dinasehatin aja,
kemudian kadang kalau bosan di tengah-tengah pelajaran kami semua janjian
ketemu di toilet untuk cerita-cerita maklum kami semua tidak satu kelas. Juga
untuk dekat dengan beberapa guru kami memberikan julukan-julukan aneh hehe. Ya
Allah maafkan kenakalan hamba dengan guru-guru hamba di masa lalu yah. Diluar daripada itu kami sebenarnya anak
perempuan yang baik, polos dan sangat menghargai guru hanya saja saat masa itu
kami tengah asik mengeksplorasi diri. Anyway,, Aku dan sahabatku bahkan sudah
mengenal cinta wkwkw.. ya cinta moneyed ahaha. Lucu saja masa pacar-pacarandi
SD dulu. Kami bertitip pesan lewat teman, atau sekedar membelikan jajan ke
orang yang ditaksir, dan SMSan bila sudah memiliki handphone. Aku yang memang notabene
tomboy sih biasa aja gaul sama cowok. Aku sering ikut bermain bola, PS, basket,
kejar benteng adalah permainan kelompok yang sering aku mainkan. Rasanya
menyenangkan bermain bersama mereka tanpa memandang gender karena kebebasan
adalah apa yang kami miliki saat masih kanak-kanak. Tidak ada keterikatan
norma, karena anak SD kan sukanya main. Masa SD yang menyenangkan dan aku
merindukannya, sangat!
Masa SMP aku dan kedelapan
sahabatku berpencar di SMP yang berbeda kecualu Aku, Devi dan Nindy kebetulan
kami satu SMP, SMPN 10 Pontianak. Hanya saja Nindy berada di kelas yang berbeda
sedangkan Devi dan aku satu kelas di kelas 7F. Disanalah kutemukan pula
keluarga baruku, sahabat baru yakni Metha, Nuri, Tantri, Shinta, Indy, dan
tentu saja Devi dan aku tetap bersahabat. Semuanya terasa lengkap dengan
hadirnya mereka mewarnai kehidupan remaja awalku. Kami sangat mudah klop walau
hobi dan sifat kami berbeda. Aku bersama Nuri, Shinta, Tantri dan Metha
mengikuti ekstrakulikuler Paskibra. Sementara Indy ikut paduan suara lalu Devi
English club kalau tidak salah hehe soalnya itu kan udah cukup lama hmm..7
tahun lewat hehe. Namun, kebersamaan itu tidak berlangsung lama, hanya setahun.
Dengan berat hati setelah penaikan kelas dua aku harus mengikuti ayahku yang
memilih kembali ke kampung halamannya Sulawesi Selatan, tepatnya Makassar usai
pensiun dari pekerjaannya sebagai PNS di BKKBN. Aku dan ibu tentunya nurut saja
karena keputusan ini memang sudah dipikirkan matang-matang dan dirasa yang
terbaik bagi kami.
Keluarga
kecil ini pun meninggalkan zona nyamannya. Aku merasa sedih sekali. 12 tahun
aku dibesarkan di kota ini dan tiba-tiba harus meninggalkan kota ini dan tidak
akan kembali untuk waktu yang dekat. Hah, kota yang sudah seperti daerah asalku
sendiri. Juga berat, saat mengingat sahabat-sahabatku di SMPN 10 Pontianak.
Tidak kuceritakan perihal kepindahanku. Otomatis aku tidak mengucapkan selamat
tinggal pada mereka. Karena aku tidak mau berpisah dengan mereka. Aku yakin
suatu saat kami pasti akan bertemu lagi.
#To Be Continued
#To Be Continued
Komentar
Posting Komentar