#Jogja-Malang (Sekali Lagi Saya Belum Benar-benar Pulang) 1

Museum Merapi (Wisata Edukasi)
26 Januari 2016
12.30

Perjalanan pun berlanjut ke museum merapi. Kami sih hanya ikut-ikut nimbrung jalan karena vote terbanyak dari anak-anak pak Agung adalah ke lokasi ini hehe jadilah kami mengurungkan niat ke Gua Pindul, Desa Bejiharjo hal ini karena terkendala biaya, maklum transportasi tentunya akan memakan banyak ongkos bisa-bisa kami mengalami kanker alias kantong kering padahal oleh-oleh belum di tangan hehe. Toh, lebih hemat bila ikut dengan destinasi wisata anak-anak dosen kami ini dan menyenangkan bisa mengunjungi lokasi yang mengabadikan kisah tragis Letunsya Gunung Merapi di Jogjakarta pada tahun 2009 silam. Waktu itu saya masih kelas 2 SMP kalau tidak salah hehe. Tidak sampai satu setengah jam kami pun sudah sampai di Museum Gunung Merapi, dan hanya membayar 5 ribu rupiah maklum tidak akan ada jasa guide yang mendampingi kami di dalam mengelilingi museum merapi ini. Dari wikipedia saya temukan informasi seputar museum yang saya kunjungi ini yakni terletak tepatnya di Jln. Boyong, Dusun Banteng, Desa Horjobinangun, Kecamatan Pekam, Kabupaten Sleman, sekitar lima kilometer dari kawasan obyek wisata Kaliurang tempat saya bermukin selama kegiatan pelatihan dan workshop kan kebetulan disana. Museum Gunung Merapi sendiri telah diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2009 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro.

Miniatur gunung merapi yang bisa menunjukkan simulasi meletusnya Gunung Merapi

Merapi Jendela Bumi
Tindakan Saat Gunung Meletus
Museum Gunung Merapi ini cocok sekali untuk seluruh usia karena tujuannya memang untuk sarana pendidikan, penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya terkait kebencanaan geologi lainnya yang bersifat edukatif dan kreatif dengan hal-hal menarik seperti adanya simulasi meletusnya gunung merapi bahkan ada pula simulasi tsunami. Datang kesini saya seolah dibawa pada situasi mencekam saat meletusnya gunung merapi apalagi film tentang Meletusnya Gunung Merapi yang kami tonton dalam Bioskop museum ini benar-benar menyayat hati sedih rasanya melihat banyaknya korban berjatuhan dan materi yang rusak parah akibat lahar panas merapi.  Menjadi pengalaman refleksi diri untuk terus merawat alam kita dan waspada pada segala kemungkinan dari potensi bencana di sekitar kita serta mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa pemberi segala bentuk kehidupan. Museum Gunungapi ini dibangun untuk sarana solusi alternatif s dan potensial sebagai pusat layanan informasi kegunungapian dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat kita, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta bencana geologi lainnya. Setelah asik mengelilingi musem gunung Merapi caing dalam perut kami yang keroncongan pun meronta-ronta hehe sadar akan itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju salah satu wisata kuliner yang cukup terkenal di Jogja yaitu "Jejamuran". Sesuai namanya jejamuran sebagai resto kuliner terkenal di Jogja menyediakan jenis makanan tradisional khas Indonesia dari suguhan berbahan baku Jamur. Jamur yang digunakan bervariasi, seperti jamur tiram (pleorotus ostreatus), jamur merang (volvariella volvacea), jamur shiitake (lentinula edodes), jamur kancing (agaricus bisporus), jamur lingzhi dan yang lain.


Pak Agung dan Bu Rika diantara jejamuran hehe
Diolah dengan cita rasa khas indonesia dengan tempat yang nyaman dan khas nuansa jamurnya cocok untuk berkumpul bersama keluarga dan sahabat untuk mengenyangkan perut anda harus datang ke restoran ini bila mengunjungi Jogjakarta. Ada menu sate jamur dengan daging jamur yang terasa kenyal dan bumbu kacang halus bercampur kecap, jelas soal rasa tidak kalah dengan rasa sate daging hewan. Dari segi kesehatan kita tahu dengan konsep masakan jamur yang ditawarkan tentunya bebas kolesterol, plus manfaat lain karena jamur mengandung anti oksidan yang tinggi pastinya sangat baik buat kesehatan. Menu lain adalah tongseng jamur, rendang, asam manis, juga ada pepes jamur. Untuk anda yang suka masakan pedas coba deh jamur bakar pedas.gak nahan pedasnya hehe!! karena saya tidak suka pedas maka tongseng jamur dengan toge serta pepes jamur menjadi pilihan menu santap siang saya. Selain itu ada sup jamur kuah bening dan sup krim jamur.
Lanjut ke minuman khas Jejamuran, yang ditawarkan adalah wedang jejamuran, yaitu minuman dengan pencampuran bahan bahan seperti madu, jamur lingzhi serta rempah rempah. Selain itu ada minuman tradisional seperti beras kencur dan kunyit asem. Saya sendiri memesang dawet jejamuran enak dalam dawet ada jamurnya dimana lagi bisa nyobain kuliner 100% jamur selain di Jejamuran hehe.
Untuk harga teman-teman mahasiswa tidak perlu khawatir masih terjangkau. Buktinya setelah makan di jejamuran saya masih bisa belanja oleh-oleh di Malioboro hehe. Perlu dicatat untuk anda yang baru datang kesini harus hati-hati bila berkunjung di jam-jam makan siang karena saat jam itulah pengunjung selalu ramai, pilih waktu agak pagi atau sore agar lebih aman kan sayang udah datang jauh-jauh eeh malah harus nunggu lama karena gak kebagian tempat. Jejamuran Resto buka antara jam 10 pagi sampai jam 9 malam.
Disinyalir Bapak Ratidjo pemilik resto Jejamuran ini sengaja mengembangkan usaha resto sebagai usaha pendukung dari usaha pembibitan jamur yang terlebih dahulu ia rintis sejak tahun 1997. Oleh karenanya tidak heran kalau di areal resto terdapat contoh jenis-jenis jamur dalam baglog-baglog media tumbuh jamur yang sengaja ditata untuk bisa dinikmati pengunjung dimana biasanya dijaga oleh petugas yang siap memberikan penjelasan jika kita ada pertanyaan seputar jamur.
daripa kamu jamuran nungguin gebetan mending makan di resto jejamuran hehe
Selain kreatif ide dari perintisan bisnis resto jamur ini juga memiliki niatan positif yang baik yakni memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat jamur dengan menciptakan budaya memasak jamur dengan resep masakan tradisional, hingga pada akhirnya impian agar usaha para petani jamur jadi berkembang di Indonesia pun terwujud. Hebat sukses terus Pak Ratidjo!
Untuk itu Jejamuran juga membuka kesempatan bagi yang berkeinginan belajar tentang budidaya jamur, atau sekedar memberikan penjelasan mengenai jamur kepada pengunjung jejamuran setelah menikmati berbagai hidangan dari jamur.
Jejamuran juga membuka kesempatan bagi lembaga pendidikan, serta lembaga lain, terutama untuk anak-anak TK dan SD untuk mendapatkan pengetahuan mengenai jamur. Buat kamu yang hobi masak dan pengen bereksplorasi dengan bahan baku jamur kunjungi gih jejamuran segera.

15.30
Setelah nongkrong menghilangkan rasa penat dan memanjakan lidah dengan berbagai hidangan khas jamur di jejamuran tibalah perpisahan kami para fantastic four (Saya, Diana, Ian dan Setyani) dengan Pak Agung sekeluarga. Kami memutuskan untuk turun di malioboro sore itu untuk mencari buah tangan khas Jogja sementara pak Agung mengajak anak-anaknya untuk singgah sebentar ke taman pintar sebelum pulang kembali ke blitar dengan mobil waw capek banget naik mobil dari Jogja ke Blitar saya aja naik travel dari malang ke jogja rasanya lelah hehe.
Kami pun berburu oleh-oleh dengan memanggul tas punggung yang beratnya 20 kg hahah alay berat banget soalnya sudah capek juga sih jalan kaki pula tapi kami harus mendapatkan oleh-oleh hari ini soalnya ian dan setyani pulang ke kediri pukul setengah 1 malam dengan menggunakan kereta lewat stasiun tugu, Jogjakarta sementara saya dan Diana kami takut tidak sempat saja padahal kami memutuskan untuk stay di Jogja hingga besok karena saya ingin bertemu dan bermalam di rumah sahabat saya, Devi di Kaliurang 8,5 KM kami sahabat sejak SD dan SMP kelas 1 yang sudah 7 tahun lamanya tak bersua karena saya pindah meninggalkan Pontianak ke Makassar saat kelas dua SMP kemudian dia pun ternyata saat SMA pindah ke Jogja dan menetap disana hingga sekarang nah mungkin pada moment inilah yah kami ditakdirkan bisa bertemu semoga kata saya hari itu. Pertimbangan lainnya ialah lebih baik saya ikut belanja saja sekalian kan jadi besok bisa ke destinasi lainnya di Jogja hehe.

Kami selaku backpacker asal Malang pun mengikuti saran Pak Agung yakni menitipkan barang kami di Hamzah Batik sekaligus berbelanja ria di salah satu pusat kerajinan, dunia batik, makanan dan cinderemata yang representatif di Jogja. 
Awalnya saya kaget karena sebelum memasukinya, terdapat banyak sekali lapak-lapak pedagang kerajinan, batik, dan makanan di bagian depannya. Saya pun tahu itulah ciri khas pertama dari gerai kerajinan yang bisa disebut terbesar di Yogyakarta ini. Bila gerai lain akan melarang pedagang lain berjualan di area mereka, maka tidak demikian dengan hamzah Batik yang justru berusaha menciptakan suasana menjadi lebih semarak. Apalagi suasana tersebut ditambah dengan atmosfer budaya jawa di dalamnya. Karenanya, pengunjung kian bertambah dan bahkan berjejal saat liburan akhir pekan, atau musim-musim liburan lainnya. 

Hamzah batik atau yang dulu lebih dikenal dengan Mirota batik telah dibuka sekitar tahun 1980, awalnya berkonsep sebagai Malioboro Baru sebagai pasar kecil dengan beberapa kios atau stand. Saat itu, pusat perbelanjaan Malioboro yang ramai masih berada di sekitar Toko Ramai di bagian utara, sehingga Malioboro Baru relatif masih sepi. Hamzah sendiri mulai memperkenalkan Mirota Batik sekedar menyewa tiga stand yang diisi dengan produk batik dan kerajinan. Usaha ini lambat laun berkembang, dan Hamzah pun memperbanyak stand yang disewanya. Begitu seterusnya, hingga akhirnya Mirota Batik semakin berkibar.

Mirota atau Hamzah batik yang terletak di Jl. A. Yani No. 9, ujung selatan Malioboro memang strategis, dan layak dijadaikan destinasi untuk berburu oleh-oleh untuk keluarga dan sahabat atau klien anda betapa tidak  saya berdecak kagum, Hamzah Batik yang bertetangga dengan Pasar Beringharjo, Benteng Vrederburg, bahkan Gedung Agung bukan hanya sekedar pusat belanja oleh-oleh namun sebagai icon dari kawasan perbelanjaan di Malioboro yang tetap memperhatikan nilai-nilai tradisi, Hamzah Batik tetap menyodorkan konsep tradisi lengkap dengan suasana Jawa. Mirota Batik seolah kembali menghidupkan jutaan suluhnya (selepas terkena musibah kebakaran) pemiliknya Hamzah Hendro Sutikno, justru semakin kreatif dalam merancang Mirota Batik sebagai konsep wisata yang diharapkan bisa menjadi arena wisata belanja kerajinan dan batik namun tetap dengan konsep java yang khas. Pergantian nama menjadi Hamzah pun sebagai awal dari bangkitnya usahanya pun untuk mengenalkan kerajinan dan budaya jawa. Mulai dari pegawainya yang berpakaian jawa dengan sanggul, kebaya dan kain batik, hingga pernak perniknya Saat masuk ke Di tiap sudut hamzah Batik selalu terhirup bau kembang setaman dan dupa sebagai aromaterapi ruangan. Ini adalah salah satu untuk "nguri-uri kabudayan".  
Konsep kesenian juga tak lupa diusung di dalamnya, dimana keberadaan kecapi dan piano yang ternyata tidak hanya sebatas pajangan saja. Karena, setiap hari Sabtu, pengunjung disuguhi pertunjukan musik tradisional live yang menggunakan alat musik kecapi, setiap Rabu malam, pianis yang memainkan musik-musik dari Bethoveen, Mozart, dan Tschaichovsky ini berpakaian jawa berupa surjan. Waw luar biasa bukan. Sayangnya saya berkunjung tidak pada hari sabtu dan rabu hehe sehingga tidak bisa mengagumi pertunjukkan yang memang dijadwalkan ini.



Tapi malam itu keberuntungan lain yang hadir hehe saya yang notabene bukan orang jawa namun orang bugis dapat melihat secara langsung pengrajin batik yang sedang mengoleskan malam pada sehelai kain putih yang nantinya akan menjadi batik cantik seperti yang banyak terpajang di toko kenamaan ini. Karena saat itu HP saya lowbet saya pun tidak bisa mengabadikan moment itu keren banget. Ini foto yang saya ambil di internet. Jujur kondisi saat berbelanja benar-benar hectic banget jadi harus fokus loh karena rawan juga jangan sampai kecopetan kan kita gak tau musibah datangnya kapan so tetap waspada dengan barang bawaan kalian guys.

Hamzah batik juga menyediakan berbagai minuman instan dan jamu herbal instan seperti sekoteng, wedang uwuh dan aneka ragam minuman khas Jogja ada di sini. Berbagai produk kecantikan berbahan aneka tanaman khas nusantara juga berjajar rapi di stand yang berada tepat di depan tangga menuju lantai dua tersebut. Sabun sereh, lulur kunir, lulur basah aneka bahan dan aroma hanya sebagian kecil dari produk yang tersedia di sini. Setyani membeli beberapa jamu instan hehe katanya untuk orang tuanya.
Ihwal nama Mirota Batik, dijelaskan Hamzah bahwa itu mengadopsi nama usaha toko makanan dan minuman yang dimiliki orang tuanya sekitar tahun 50-an. Namanya adalah Mirota, yang ternyata adalah kependekan dari Minuman, Roti dan Tawar. Kala itu, berdiri di daerah Kotabaru dan khusus menjual bahan pokok dan makanan, seperti gula, kopi, mentega, roti tawar dan sebagainya. Ketika usaha yang di bangun Hamzah mulai dikenal dan cukup ramai dikunjungi, dengan garangnya tahun 2004 si jago merah melalap, hingga Mirota Batik rata dengan tanah, tak tersisa.
Menyusul tragedi tersebut, lelaki penyuka seni budaya tersebut terobsesi membangun tempat wisata belanja kerajinan dan batik yang lebih representatif. Selain bisa menampung lebih banyak barang kerajinan, juga menawarkan berbagai fasilitas yang nyaman dan modern namun tetap mngusung budaya Jawa bagi pengunjung. Setahun kemudian, obsesi itu terwujud, dengan luas bangunan menjadi sekitar 802.000 m2, terdiri dari empat lantai. 

Komentar

Postingan Populer