Filosofi Hoompimpa
Selalu ada dua sisi dalam kehidupan
yang membuat kita sadar bahwa
Kita harus bersikap sewajarnya,
Tidak terlalu berlebihan dalam merespon segala ketidakpastian hidup kita
Sebagaimana kita bersikap wajar saat diri berada dalam posisi Menang maupun Kalah dalam kehidupan yang tidak pasti ini.
Iyah sebuah kenyataan yang pasti bahwa kamu tidak pernah selalu bisa menjadi pemenang atau bintang utama dalam kehidupan yang kamu jalani. Saya masih ingat ketika kecil ada suatu ritual wajib yang saya lakukan dengan teman-teman sepermainan sebelum permainan sebenarnya dimulai.
Sederhana, ritual wajib itu ialah melakukan hoompimpa. Ketika akan bermain jenis permainan masa kanak-kanak apapun, seperti petak umpet, kejar benteng, kasti dan masih banyak lagi, kami harus belajar menerima kenyataan siapa yang menang dan kalah dalam ritual sederhana itu. Alhasil hoompimpa memang menjadikan dasar bagi kami untuk memulai permainan petak umpek dengan kesepakatan yang kalah dalam hoompimpa (yang keluar paling terakhir) yang kemudian berperan sebagai pencari dan sisanya siap bersembunyi. Entah bagaimana ritual wajib ini menjadi sangat berkesan karena kami seolah secara alami belajar bagaimana menerima kekalahan dan kemenangan bahkan sebelum permainan dimulai. Representasi hoompimpa dengan menggunakan telapak tangan dimana ada dua sisi, salah satunya berwarna hitam dan lainnya berwarna putih. Seolah berupaya menjelaskan bahwa dalam hidup selalu ada cahaya dan kegelapan. Selalu ada paradoks.
Sederhana, ritual wajib itu ialah melakukan hoompimpa. Ketika akan bermain jenis permainan masa kanak-kanak apapun, seperti petak umpet, kejar benteng, kasti dan masih banyak lagi, kami harus belajar menerima kenyataan siapa yang menang dan kalah dalam ritual sederhana itu. Alhasil hoompimpa memang menjadikan dasar bagi kami untuk memulai permainan petak umpek dengan kesepakatan yang kalah dalam hoompimpa (yang keluar paling terakhir) yang kemudian berperan sebagai pencari dan sisanya siap bersembunyi. Entah bagaimana ritual wajib ini menjadi sangat berkesan karena kami seolah secara alami belajar bagaimana menerima kekalahan dan kemenangan bahkan sebelum permainan dimulai. Representasi hoompimpa dengan menggunakan telapak tangan dimana ada dua sisi, salah satunya berwarna hitam dan lainnya berwarna putih. Seolah berupaya menjelaskan bahwa dalam hidup selalu ada cahaya dan kegelapan. Selalu ada paradoks.
Lewat konsep hoompimpa ini secara tidak sadar anak juga tengah diedukasi untuk belajar menerima nasib yang ia dapatkan. Dalam permainan petak umpet ini misalnya, anak menjadi seorang pencari. Tugas yang sebenarnya cukup menjengkelkan dalam permainan petak umpet. Apalagi bila jumlah pemain cukup banyak dan lokasi bermain memiliki spot-spot luas yang harus dijelajahi.
Hingga kini pun Saya masih sering menggunakan konsep hoompimpa bersama teman seperjuangan di kuliah. Bedanya level penggunaannya sudah pada taraf tingkat tinggi walau terkesan kekanak-kanakan. Kami menggunakan hoompimpa untuk menentukan siapa yang akan menjadi perwakilan presentasi di kelas. Alhasil Saya kembali mengenang nostalgia bersama teman masa kecil dulu. Ah, waktu memang terus berjalan tapi hoompimpa tetap jadi ritual yang bisa dilakukan oleh siapapun, bahkan ketika sudah menginjak usia dewasa awal ini.
Ayoo...Kapan terakhir kalu kamu hoompimpa?
Hingga kini pun Saya masih sering menggunakan konsep hoompimpa bersama teman seperjuangan di kuliah. Bedanya level penggunaannya sudah pada taraf tingkat tinggi walau terkesan kekanak-kanakan. Kami menggunakan hoompimpa untuk menentukan siapa yang akan menjadi perwakilan presentasi di kelas. Alhasil Saya kembali mengenang nostalgia bersama teman masa kecil dulu. Ah, waktu memang terus berjalan tapi hoompimpa tetap jadi ritual yang bisa dilakukan oleh siapapun, bahkan ketika sudah menginjak usia dewasa awal ini.
Ayoo...Kapan terakhir kalu kamu hoompimpa?
Komentar
Posting Komentar